Tantrum adalah sebuah perilaku yang umumnya terjadi pada anak yang berumur 2-4 tahun. Tidak tertutup kemungkinan terjadi pada usia yang lebih dari itu.
Tantrum sendiri bisa teridentifikasi ketika anak mengekspresikan rasa tidak puas, frustasi dengan cara intens. Contohnya menangis, meronta, menjatuhkan diri, berteriak ataupun secara fisik.
Ini adalah tantangan tersendiri untuk orang tua. Ya, terutama untuk kondisi dan situasi seperti ini.
Beberapa orang tua terkadang menghadapi hal ini dengan membentak berteriak. Sederhananya juga terbawa arus emosi dalam kondisi ini. Kadang pula dihadapi dengan amarah hingga mengeluarkan kata-kata kasar.
Padahal dengan membentak, berteriak pada buah hati akan membuat anak lebih agresif jadinya. Sangat disarankan bagi orang tua untuk tidak berteriak juga ketika berhadapan dengan anak yang tantrum.
Berteriak bukanlah cara yang tepat menghadapi anak tantrum. Lebih dari itu, ini akan memberikan efek negatif untuk perkembangan emosi dan psikologis anak itu sendiri.
Dampak Negatif Berteriak pada Anak
Berkomunikasi dengan cara keras terhadap anak sangat banyak. Adapun alasan ini disebabkan karena,
Dampak Negatif Emosional
Saat orang tua berkomunikasi dengan berteriak bahkan membentak, bisa menimbulkan trauma emosional. Anak akan sering merasa cemas, merasa tidak percaya diri hingga merasa takut.
Efek buruknya, anak akan sulit mengembangkan aspek keterampilan sosial. Interaksi dengan orang orang sekitar, termasuk teman sebaya akan menjadi terhambat perkembangannya.
Contoh yang Buruk
Lazimnya anak anak selalu menjadikan orang dewasa sekitar sebagai teladan. Sesama diketahui bahwasanya orang tua adalah salah satu orang terdekat yang akan mereka tiru.
Dengan melihat perilaku orang tua seperti itu, bukan mustahil mereka akan meniru sikap tersebut ketika berinteraksi dengan orang lain.
Tidak Komunikatif
Artinya disini dengan cara berteriak, melakukan pembentakan pesan tidak tersampaikan dengan sempurna. Anak merasakan disorientasi dan tidak pahama apa yang diharapkan darinya.
Efek ini akan menghambat proses dalam belajar. Tanpa adanya komunikasi yang efektif dan sehat antara orang tua dan anak.
Komunikasi Efektif Menghadapi anak Tantrum
Berinteraksi, berhadapan dengan anak tantrum membutuhkan komunikasi yang efektif. Lantas bagaimana komunikasi efektif yang dimaksud?
Terbuka
Gunakan nada yang lembut saat berbicara dengan anak. Disamping itu, berikan kesempatan terjadinya komunikasi dua arah.
Jangan mendominasi pembicaraan. Berikan anak kesempatan untuk berbicara menjelaskan, menyampaikan pemikiran dan apa yang mereka rasakan.
Berikan Penjelasan yang Jelas
Anda perlu memilih kata kata yang sederhana. Sampaikan dalam bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan umur mereka.
Sangat akan lebih baik jika diberikan contoh penjelasan yang konkret. Tujuan utamanya untuk agar pesan yang ingin disampaikan ter-deliver sebagaimana seharusnya.
Ajarkan Problem Solving sejak Dini
Keterampilan pemecahan masalah perlu dilatih dan dikembangan dari usia dini. Hal utamanya adalah pengelolaan emosi yang sehat. Dorongan dari anda untuk mereka berbicara dan menguraikan masalah sangat penting.
Berikutnya ajak untuk mencari solusi bersama. Tentu ini harus memperhatikan tingkat usia anak.
Berikan Penguatan dan Pujian
Penguatan positif berupa pujian harus diberikan saat anak melakukan hal yang baik. Membangun rasa harga diri mereka akan terbantu dengan cara ini.
Memang kondisi tantrum tidak selalu sama. Tetapi dengan berkomunikasi yang benar setidaknya sudah meringankan bahkan bisa menghilangkan untuk tingkatan tertentu.
Pabila ini tantrum terjadi secara kesinambungan. Ada baiknya anda bisa mengunjungi psikolog anak. Saran profesional dari mereka tentu akan sangat membantu.
Perlu digaris bawahi, bahwasanya tantrum ini pada umumnya terjadi disebabkan karena pola asuh dari orang tua yang kurang benar. Jadi memulai komunikasi yang baik dengan anak sedari dini sangat penting.
No comments:
Post a Comment