Membelajarkan anak bagaimana mengatur keuangan pribadi sangat penting. Jika tidak, jangankan untuk mereka usia nanti, bahkan ketika masih bersama anda jika tidak bisa mengatur keuangannya, anda sendiri juga yang akan dibuat repot.
Ketika anda berhasil membelajarkan bagaimana anak bisa bijak dengan uangnya, sangatlah pasti akan mengurangi beban anda. Berikut, sebuah tips dari thread akun twitter @adekumala yang sangat bagus untuk anda simak.
Nah itulah utas dari yang super memberikan tips buat orang tua dari @adekumala. Anda juga bisa berinteraksi dengan beliau melalui blog : http://www.adekumalasari.com/ Silakan tambahkan dikomentar jika anda punya tips tambahan.
Ketika anda berhasil membelajarkan bagaimana anak bisa bijak dengan uangnya, sangatlah pasti akan mengurangi beban anda. Berikut, sebuah tips dari thread akun twitter @adekumala yang sangat bagus untuk anda simak.
Kenapa aku santai aja kalau anak2ku pengen mainan mahal/gawai terbaru/tiket konser KPop?
== sebuah tip parenting ==
Santuy bukan krn aku sanggup beliin ya (aku tak setajir Nia Ramadhani). Aku santai karena: 1) punya keinginan itu wajar 2) mereka kuperbolehkan beli selama uang pribadi mereka cukup.
Prinsipku: pakai energi sesedikit mungkin utk mencapai tujuan parenting. Jadi drpd hrs marah2 atau kesal kalau anak2 merengek minta ini itu, aku beri mereka uang saku. Simpel kan? Tapi bukan itu aja.
Selain ngasih uang saku bulanan, aku ajari mereka cara membelanjakannya. Yes, you read it right. Kalau cara nabung atau nyimpen uang mah gampang. Yg lebih susah adl membelanjakannya dg bijak. Kurasa ini ketrampilan dasar yg wajib dikuasai.
Aku mencukupi kebutuhan dasar anak2 seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan sekolah. Di luar itu biasanya bukan kebutuhan, tapi keinginan. Utk membeli barang2 tersier di luar kebutuhan pokok, anak2 hrs pakai uang mereka sendiri.
Memberi uang saku melatih anak2 membedakan antara kebutuhan & keinginan. Kalau harus mengeluarkan uang sendiri, mereka biasanya akan eman-eman. Mikirnya bisa panjaaaaang, dan kadang malah gak jadi beli.
Memberi uang saku juga melatih anak2 bijak mengambil keputusan. Aku gak pernah melarang anak2 membelanjakan apapun dari uang saku mereka. Tentu selain barang2 'haram' yg disepakati spt gun, drugs, pornography, etc.
Sekarang ini uang saku Lil A (11th) €30 dan Big A (17th) €45 per bulan. Jumlahnya memang beda krn Beda usia, kebutuhannya beda. Barang2 yg dibeli Lil A: mainan, games online, accessories. Kalau Big A: Lego, hadiah ultah teman, nonton, album KPop, dan tiket konser.
Kadang mereka beli online. Aku ajari caranya. Aku kasih tahu cara pembayaran yg aman. Kukasih tahu cara kerja PayPal, kartu debit, kartu kredit. Kadang kukasih saran utk cek harga toko sebelah.
Ketika pindah ke Jerman tahun lalu, mereka berdua pengen beli Nintendo Switch yg harganya gak murah. Aku tinggal bantu menukar tabungan rupiah mereka jadi Euro. No comment needed, I respect their decision.
Tahun lalu juga, Big A pengen nonton konser KPop Music Bank di Berlin. Aku tinggal nanya, "Duitmu cukup? Kamu nggak nyesel bayar segitu?" Karena dia mantap, aku bantu mantengin website pas mulai sale. Baru bbrp menit buka, tiket langsung ludes. Alhamdulillah dapet.
Bulan lalu, Big A pengen beli tiket konser Taylor Swift di Prancis utk thn depan. Sayangnya Sale-nya pas dia msh di sekolah. Jadi dia minta tolong aku buat beli 2 tiket. Ini request-nya.
a untung Emaknya pinter, wkwkwk. Aku sama anak2 kalau itungan duit, strictly business. Kalau mereka pinjam paypalku utk belanja ya harus segera diganti pakai uang mereka, tepat sampai itungan sen-nya.
Big A pengen langganan Eurosport utk nonton tenis ATP. Dia minta aku chip in krn toh aku jg suka nonton Nadal. Trus kusuruh itungin, Nadal bakal main berapa kali, berapa persen dari total tayangan? Akhirnya aku kontribusi 40% sebesar €6. Kalau Rafa kalah gak boleh refund, haha.
Apa anak2ku pernah tantrum perkara pengen sesuatu tapi nggak kebeli? Jarang sekali. Mereka bisa bikin plan, harus nabung berapa lama sampai tujuan tercapai. Tapi Lil A pernah sambat juga. Dia bilang teman2nya tuh kayak di surga, kalau pengen apa2 langsung dibeliin sama ortunya.
Kepalaku udah langsung panas aja dengarnya. Pengen ngomel, harusnya kamu bersyukur msh bisa punya uang saku, bla bla bla. Etapi sebelum omelanku keluar, Bapaknya nanggepin dengan santai.
"Iya ya, pasti enak banget kalau apa2 dibeliin. Aku pun mau kayak gitu." Nada Si Bapak penuh empati, gak pakai judgement. Lhah, ternyata Lil A nya jd diam. Ternyata dia bukannya nggak bersyukur jd anak kami, cuma kadang pengen sambat aja. Untung aku blm waton njeplak.
Baru2 ini aku ngusulin agar anak2 menyisihkan sebagian uangnya tiap bulan utk donasi. Terserah mau cause apa. Kubilang minimal 2,5%. Ternyata mereka bersedia ngasih lebih. Jd udah teratur donasi tiap bulan. Ada yg utk karhutla, krisis air, Amazon, ocean clean up, dll.
Sejak kapan anak2 bisa diberi uang saku & diajari belanja? Sejak bisa ngitung dan bisa diajak reasoning. Ortunya yg lebih tahu lah. Ortu jg hrs disiplin gak akan nomboki kalau uang mereka nggak cukup. Biar anak2 belajar menunda kesenangan (delayed gratification).
Jadi imo, uang saku bulanan (atau mingguan) itu bisa jadi sarana penting utk belajar:
== sebuah tip parenting ==
Santuy bukan krn aku sanggup beliin ya (aku tak setajir Nia Ramadhani). Aku santai karena: 1) punya keinginan itu wajar 2) mereka kuperbolehkan beli selama uang pribadi mereka cukup.
Prinsipku: pakai energi sesedikit mungkin utk mencapai tujuan parenting. Jadi drpd hrs marah2 atau kesal kalau anak2 merengek minta ini itu, aku beri mereka uang saku. Simpel kan? Tapi bukan itu aja.
Selain ngasih uang saku bulanan, aku ajari mereka cara membelanjakannya. Yes, you read it right. Kalau cara nabung atau nyimpen uang mah gampang. Yg lebih susah adl membelanjakannya dg bijak. Kurasa ini ketrampilan dasar yg wajib dikuasai.
Aku mencukupi kebutuhan dasar anak2 seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan sekolah. Di luar itu biasanya bukan kebutuhan, tapi keinginan. Utk membeli barang2 tersier di luar kebutuhan pokok, anak2 hrs pakai uang mereka sendiri.
Memberi uang saku melatih anak2 membedakan antara kebutuhan & keinginan. Kalau harus mengeluarkan uang sendiri, mereka biasanya akan eman-eman. Mikirnya bisa panjaaaaang, dan kadang malah gak jadi beli.
Memberi uang saku juga melatih anak2 bijak mengambil keputusan. Aku gak pernah melarang anak2 membelanjakan apapun dari uang saku mereka. Tentu selain barang2 'haram' yg disepakati spt gun, drugs, pornography, etc.
Sekarang ini uang saku Lil A (11th) €30 dan Big A (17th) €45 per bulan. Jumlahnya memang beda krn Beda usia, kebutuhannya beda. Barang2 yg dibeli Lil A: mainan, games online, accessories. Kalau Big A: Lego, hadiah ultah teman, nonton, album KPop, dan tiket konser.
Kadang mereka beli online. Aku ajari caranya. Aku kasih tahu cara pembayaran yg aman. Kukasih tahu cara kerja PayPal, kartu debit, kartu kredit. Kadang kukasih saran utk cek harga toko sebelah.
Ketika pindah ke Jerman tahun lalu, mereka berdua pengen beli Nintendo Switch yg harganya gak murah. Aku tinggal bantu menukar tabungan rupiah mereka jadi Euro. No comment needed, I respect their decision.
Tahun lalu juga, Big A pengen nonton konser KPop Music Bank di Berlin. Aku tinggal nanya, "Duitmu cukup? Kamu nggak nyesel bayar segitu?" Karena dia mantap, aku bantu mantengin website pas mulai sale. Baru bbrp menit buka, tiket langsung ludes. Alhamdulillah dapet.
Bulan lalu, Big A pengen beli tiket konser Taylor Swift di Prancis utk thn depan. Sayangnya Sale-nya pas dia msh di sekolah. Jadi dia minta tolong aku buat beli 2 tiket. Ini request-nya.
a untung Emaknya pinter, wkwkwk. Aku sama anak2 kalau itungan duit, strictly business. Kalau mereka pinjam paypalku utk belanja ya harus segera diganti pakai uang mereka, tepat sampai itungan sen-nya.
Big A pengen langganan Eurosport utk nonton tenis ATP. Dia minta aku chip in krn toh aku jg suka nonton Nadal. Trus kusuruh itungin, Nadal bakal main berapa kali, berapa persen dari total tayangan? Akhirnya aku kontribusi 40% sebesar €6. Kalau Rafa kalah gak boleh refund, haha.
Apa anak2ku pernah tantrum perkara pengen sesuatu tapi nggak kebeli? Jarang sekali. Mereka bisa bikin plan, harus nabung berapa lama sampai tujuan tercapai. Tapi Lil A pernah sambat juga. Dia bilang teman2nya tuh kayak di surga, kalau pengen apa2 langsung dibeliin sama ortunya.
Kepalaku udah langsung panas aja dengarnya. Pengen ngomel, harusnya kamu bersyukur msh bisa punya uang saku, bla bla bla. Etapi sebelum omelanku keluar, Bapaknya nanggepin dengan santai.
"Iya ya, pasti enak banget kalau apa2 dibeliin. Aku pun mau kayak gitu." Nada Si Bapak penuh empati, gak pakai judgement. Lhah, ternyata Lil A nya jd diam. Ternyata dia bukannya nggak bersyukur jd anak kami, cuma kadang pengen sambat aja. Untung aku blm waton njeplak.
Baru2 ini aku ngusulin agar anak2 menyisihkan sebagian uangnya tiap bulan utk donasi. Terserah mau cause apa. Kubilang minimal 2,5%. Ternyata mereka bersedia ngasih lebih. Jd udah teratur donasi tiap bulan. Ada yg utk karhutla, krisis air, Amazon, ocean clean up, dll.
Sejak kapan anak2 bisa diberi uang saku & diajari belanja? Sejak bisa ngitung dan bisa diajak reasoning. Ortunya yg lebih tahu lah. Ortu jg hrs disiplin gak akan nomboki kalau uang mereka nggak cukup. Biar anak2 belajar menunda kesenangan (delayed gratification).
Jadi imo, uang saku bulanan (atau mingguan) itu bisa jadi sarana penting utk belajar:
- - membedakan kebutuhan vs keinginan
- - membuat rencana jangka menengah/panjang
- - belanja dg bijak
- - mengambil keputusan
- - menunda kesenangan jangka pendek
- - memiliki otonomi
- - menghargai keinginan anak
- - menghargai keputusan anak
- - percaya anak2 bisa bertanggung jawab
- - jadi teladan dlm mengelola keuangan
Nah itulah utas dari yang super memberikan tips buat orang tua dari @adekumala. Anda juga bisa berinteraksi dengan beliau melalui blog : http://www.adekumalasari.com/ Silakan tambahkan dikomentar jika anda punya tips tambahan.
Share Yuk
Related Posts
Loading...
No comments:
Post a Comment