Merebaknya bisnis jual beli online dimanfaatkan sebagai peluang bisnis oleh beberapa pihak. Peluang tersebut dimanfaatkan dengan membuka marketplace atau istilah-nya 'pasar online'. Jual beli bisa dilakukan hanya dengan bermodal gadget dan jaringan internet. Sebut saja, marketplace tokopedia.com, bukalapak.com, shopee.com, olx. com, lazada.com dst.
Dari informasi yang diperoleh langsung dari situs mereka (tokopedia) pendanaan operasional website marketplace tersebut berasal dari VC dan investor. Dengan dukungan dan tersebut masyarakat bisa menikmati layanan mereka secara gratis. Opss tunggu dulu barusan dibilang investor, jenis investasi macam apa ini? Apa keuntungan yang diharapkan investor tersebut? Yang namanya investor tentu akan memberikan uang jika ada 'sesuatu' -nya.
Tokopedia, Bukalapak dll Kok Bisa Gratis?
Dari semua marketplace tersebut, pernahkah anda berpikir darimana keuntungan tokopedia? Darimana untungnya bukalapak? Apa untungnya bagi lazada? Padahal jika dilihat sekilas layanan mereka gratis. Dalam transaksi mereka tidak memotong biaya administrasi ini itu. Sementara, website marketplace tersebut dipromosikan dengan iklan yang sangat banyak. Di media online, media offline seperti TV contohnya. Sesama diketahui bahwasanya untuk beriklan di TV tersebut tidaklah murah.Dari informasi yang diperoleh langsung dari situs mereka (tokopedia) pendanaan operasional website marketplace tersebut berasal dari VC dan investor. Dengan dukungan dan tersebut masyarakat bisa menikmati layanan mereka secara gratis. Opss tunggu dulu barusan dibilang investor, jenis investasi macam apa ini? Apa keuntungan yang diharapkan investor tersebut? Yang namanya investor tentu akan memberikan uang jika ada 'sesuatu' -nya.
Cara Tokopedia, Bukalapak Mendapatkan Keuntungan
Dari beberapa referensi sumber online (solusik.com), dinyatakan bahwa tokopedia atau bukalapak belum meraih keuntungan. Dari sudut pandang bisnis, marketplace tersebut belum mendapatkan profit. Lantas bagaimana bisa mereka secara terus menerus gencar berpromosi? Atas dasar apa mereka tetap menjalankan marketplace tersebut jika tidak ada profit?
Tujuan utama-nya adalah untuk menjadi teratas. Dengan demikian nantinya mereka akan bertujuan me-monopoli sistem jual beli online ke depannya. Bukan bermaksud ber-sentimen negatif tetapi mereka mengharapkan nanti suatu saat setiap transaksi online akan dilakukan dengan melalui mereka.
Ketika menjadi nomor satu, dan bisa memonopoli akan diraup keuntungan yang besar. Logika bisnis, ini adalah hal yang wajar. Sebagai contoh logika bisnis ini, biaya administrasi di bank BCA dulunya bulanan adalah Rp 13.000,- Beberapa bulan silam biaya tersebut naik menjadi Rp 17.000,-. Atas dasar apa biaya tersebut dinaikkan? Kita tidak mengetahuinya. Seperti itulah, ketika telah menguasai pasar, biasanya permainan harga akan terjadi. Terus, apakah semua nasabah bank BCA meninggalkan menutup akun-nya di bank tersebut? Tidak.
Hal di atas baru berupa opini ke depannya tentang bagaimana tokopedia, bukalapak mendapatkan keuntungan ke depannya dan hal seperti apa yang diharapkan investor yang men-danai website tersebut. Namun penjelasan yang pasti untuk saat ini sumber pendapaatan tokopedia berasal dari pemilik toko. Tokopedia memiliki layanan gold-merchant dan top ads. Sementara bukalapak dikenal dengan fitur Promote to top.
Kedua layanan tersebut diberikan pada pemilik toko untuk menjadikan toko mereka menjadi nomor 1 ketika dilakukan pencarian. Tentu saja ini tidak gratis. Di tokopedia misalnya, untuk menjadi gold merhant harus membayar biaya tambahan sebesar Rp 100.000,-/bulannya.
Meskipun jika dibayangkan mungkin pendapatan dari fitur tambahan bagi penjual masih tidak begitu menguntungkan. Namun sisi lain ke depannya seperti membangun sebuah usaha lainnya. Mereka mungkin terus berusaha hingga akhirnya usaha mereka ini bisa masuk dalam IPO atau dunia saham. Ketika telah terdaftar dan modal saham mereka diperjual belikan, di sinilah keuntungan terbesar dari para investor tersebut.
Share Yuk
Related Posts
Loading...